BANYUWANGI- Dam Singir yang terletak di Desa Blambangan, Kecamatan Muncar, merupakan salah satu bendungan monumental di Banyuwangi.
Dam Singir adalah bendungan peninggalan jaman Belanda yang diresmikan tahun 1925. Bendungan tersebut masih kokoh hingga saat ini.
Berbeda dengan dam yang lainnya, Dam Singir ini memiliki konstruksi yang menjulang tinggi seperti menara pada bangunan utama.
Terdapat tulisan “Watervang Blambangan 1925”. Hal itu menjadi bukti bahwa dam yang mengairi 1523 hektar sawah ini dibangun ketika masa kolonial.
"Kalau memang dam yang lama, Dam Singir itu yang monumental," kata Sekretaris Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Riza Al Fahroby.
Selain Dam Singir, Bendung Gembleng yang terletak di perbatasan antara Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi dengan Desa Parijatah Wetan, Kecamatan Srono juga menjadi salah satu bendungan tertua yang ada di banyuwangi.
Dam Gembleng di bangun tahun 1921, bangunan ini juga terlihat kokoh hingga kini. Belum pernah ada kerusakan yang fatal seperti Bendungan Singir.
"Kebanyakan bangunan tua masih tetap bisa digunakan, strukturnya masih struktur bangunan lama. Apalagi kalau bendung, sampai sekarang masih gagah berdiri," ungkap Riza.
Diketahui hampir seluruh dam di Banyuwangi dibangun jaman kolonial Belanda, yang terkenal dengan bangunannya sangat kokoh dengan arsitek antik.
Seperti Dam Setail, yang dibangun pada tahun 1921, Dam Limo dibangun tahun 1925, Dam Karangdoro dibangun 1921, dan Dam Sasak Gantung dibangun 1926.
Reza mengatakan, perawatan bangunan bersejarah tersebut juga terus dilakukan. Pihaknya juga berharap peran masyarakat ikut berkontribusi dalam menjaga bangunan tersebut.
Apalagi saat ini, bangunan bersejarah tersebut juga menjadi tempat wisata yang menawan di masing-masing wilayah.
"Jadi kami berharap agar dikelola dan ditata semenarik mungkin. Terutama menjaga kebersihan sungai itu sendiri. Kalau tempatnya bersih, pasti masyarakat senang dan pasti setelah ditata sedemikian rupa akan menjadi jujugan wisatawan," tandasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : |
Komentar & Reaksi