BANYUWANGI - Keberadaan kawanan kera ekor panjang di Banyuwangi sudah meresahkan petani. Primata ini kerap turun dan merusak lahan pertanian warga.
Peristiwa itu mendapat perhatian dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Banyuwangi. Kepala Seksi Konservasi Wilayah V, Purwantono mengaku, sudah mengetahui kabar tersebut.
Namun, BKSDA sendiri juga masih kesulitan dan belum memiliki solusi konkrit untuk permasalahan itu. "Ya mungkin perlu duduk bersama dengan instansi yang lain untuk mencari solusi alternatifnya," kata Purwantono.
BKSDA juga pernah meninjau langsung ke lokasi. Kala itu, solusi yang ditawarkan adalah menghalau secara manual dengan cara dijaga lahannya atau ditangkap menggunakan jaring.
Namun ternyata cara itu juga belum maksimal. Kawanan kera ini menyerang saat kondisi lengang, pagi dan sore hari.
"Dengan cara dibunuh juga bukan solusi. Cara lain adalah dipindahkan habitatnya. namun itu perlu tenaga dan biaya lebih, peralatan harus memadai. Apalagi jumlahnya banyak mencapai ratusan," tuturnya.
Diketahui, petani di wilayah Desa Kemiren, dan Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, mengeluhkan serangan hama kera ekor panjang. Mereka merusak dan memakan semua tanaman milik petani. Mulai buah-buahan hingga tanaman padi.
Serangan kawanan kera ekor panjang di lahan pertanian warga setempat, sudah menjadi polemik berkepanjangan. Sejak 3 tahun terakhir ini petani terancam gagal panen karena tanamannya rusak diacak-acak primata dengan nama Macaca fascicularis.
Padahal lokasi kedua desa itu jauh dari hutan. Terletak sekitar 20 kilometer dari hutan di pegunungan Ijen. Tak hanya itu, Dua desa dengan hutan masih dibatasi oleh deretan perkebunan Kalibendo.
Kepala Desa Kemiren, Arifin mengaku insiden ini sudah lama terjadi di wilayahnya. Ratusan hewan primata ini menyerang lahan warga yang tak dijaga dan jauh dari jalan.
Biasanya kawanan kera datang ke sawah atau kebun saat pemiliknya tidak ada. Bisa pas pagi hari sebelum pemiliknya datang. Atau sore hari pada saat pemilik sawah atau kebun sudah pulang.
"Ada sekitar 5 laporan untuk saat ini. Ini masuk wilayah Talun Jeruk. Belum lagi lahan milik warga yang tak terjaga," kata Arifin saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (24/11/2022).
Pihaknya pun sudah bersurat kepada lembaga konservasi di Banyuwangi. Hal ini dikarenakan kawanan monyet ekor panjang ini sering menyerang lahan warga.
"Selang beberapa hari ada sidak lapang. Mereka memberikan solusi untuk dilakukan penangkapan dengan jaring. Jika tidak bisa dikembalikan lagi ke masyarakat," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi