BANYUWANGI, Suaraindonesia.co.id - Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram atau yang dikenal dengan gas melon mendapat perhatian dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuwangi.
Pada Jumat, (21/07/2023) Komisi II DPRD Banyuwangi memanggil Pertamina, Pengusaha Ritel Gas dan Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskopumdag) untuk menanyakan langsung.
Ketua Komisi II DPRD Banyuwangi Siti Mafrochatin Ni’mah kelangkaan gas melon hanya terjadi di Banyuwangi.
Menurutnya, masyarakat menjadi korban. Padahal, dahulu pemerintah meminta semua masyarakat berpindah ke gas.
Saat ini, kompor tradisional sudah tidak ada lagi. Masyarakat tidak mungkin menggunakan kompor listrik karena tidak punya biaya.
“Ini kebutuhan dasar masyarakat kok dipersulit. Jadi kami minta dinas terkait untuk melakukan tindakan tegas apabila ada penyalahgunaan,” ujarnya.
Ni’mah menegaskan, keresahan masyarakat harus segera diatasi. Agar tidak menimbulkan dampak lain yang mengganggu ketentraman, keamanan dan kenyaman masyarakat.
Maka dari itu, dalam waktu dekat Komisi II DPRD Banyuwangi berencana akan dilakukan operasi pasar serta sidak terkait distribusi elpiji 3 kilogram ini.
“Jangan sampai masyarakat ini lapar karena tidak bisa masak,” tegasnya.
Kelangkaan elpiji 3 kilogram tersebut, politisi PKB ini mencurigai adanya praktik penimbunan memanfaatkan momen program pendataan dari Kementerian ESDM.
Dia juga mencurigai adanya dugaan pengoplosan dari tabung elpiji 3 kilogram bersubsidi ke tabung yang lebih besar non subsidi.
“Dari 3 kilogram dipindah ke tabung gas 5 kilogram atau 12 kilogram sehingga bisa mengambil keuntungan tersendiri,” terangnya.
Sementara dari pihak pertamina dan pengusaha ritel gas yang tergabung dalam Hiswana Migas mengklaim tidak ada kelangkaan elpiji 3 kilogram di Banyuwangi. Sebab suplai gas elpiji 3 kilogram di Banyuwangi sudah sesuai dengan kuota yang ditentukan.
Sales Service Pertamina Jember, Muhammat Rifail mengatakan, sesuai kuota yang ditentukan Dirjen Migas, Banyuwangi mendapatkan 54.039 metrik ton gas elpiji selama setahun atau setara 18.013.000 tabung gas elpiji 3 kilogram.
Sedangkan realisasi sampai Juni, kata Rifail, telah tersalur sebanyak 28.313 metrik ton. “Untuk penyaluran kita sesuai dengan kuota yang dikasih Dirjen Migas, sudah sesuai,” jelasnya.
Dia menegaskan, apabila ada kekosongan di daerah tertentu, maka perlu dilihat kembali kondisi di daerah itu. Apakah daerah tersebut ada peningkatan mobilisasi atau mungkin peningkatan orang yang makan dan minum.
“Dari Pertamina sudah memberikan sesuai dengan kuota yang ada,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan Pokja Hiswana Migas Banyuwangi, Johan Sucipto menyebut, distribusi elpiji 3 kilogram seluruhnya normal. Apa yang diberikan Pertamina, seluruhnya juga sudah distribusikan.
Dia menyebut, pada awal tahun, pasar elpiji 3 kilogram sempat tidak menjanjikan. Namun pada beberapa minggu terakhir memang permintaan agak meningkat.
Dia menyebut ini bisa disebabkan berbagai hal seperti penggunaan gas 3 kg oleh orang yang tidak berhak dan adanya liburan panjang.
“Mungkin liburan, restoran pada saat liburan kan okupansinya tinggi,” cetusnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi