BANYUWANGI - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjawab fenomena angin kencang yang terjadi di Banyuwangi beberapa hari terakhir.
Prakirawan BMKG Banyuwangi, Rezky P Hartiwi mengatakan, fenomena tersebut dikarenakan kondisi atmosfer masih cenderung labil yang memicu potensi terjadinya cuaca ekstrem.
Ditambah siklon tropis di selatan Jawa Timur masih aktif. Hal itu berdampak langsung pada intensitas hujan sedang hingga lebat, gelombang tinggi dan angin kencang.
Terlebih saat ini Banyuwangi masih berada di puncak musim penghujan yang terjadi sejak Desember 2022 hingga Februari 2023. BMKG pun mengimbau agar masyarakat tetap waspada.
"Karena keseluruhan wilayah di Banyuwangi masih berada di puncak musim penghujan. Harap mewaspadai potensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang," ujar Rezky, Jumat (10/2/2023).
Berdasarkan pantauan BMKG, Ia menerangkan, potensi angin kencang di Banyuwangi diprediksi masih akan terjadi selama 24 jam ke depan.
Potensi angin kencang karena kondisi atmosfer labil tersebut, dipengaruhi oleh dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan.
Kemudian kondisi suhu permukaan di laut Jawa menyebabkan potensi penambahan massa air yang mendukung proses pembentukan awan hujan di sekitar wilayah.
Hal ini turut memicu potensi gelombang tinggi di perairan selatan Banyuwangi yang dipengaruhi oleh kecepatan angin.
"Potensi angin kencang kalau kita lihat sampai 24 jam ke depan. Tapi nanti akan di update lagi. Kita belum tahu pergerakan siklon nya ke mana, yang jelas ini sudah menjauhi wilayah Indonesia," terangnya.
Rezky menambahkan, sementara peralihan musim penghujan ke musim kemarau di Banyuwangi masih akan terjadi pada Mei 2023 mendatang.
Selama musim pancaroba nantinya, BMKG tegap mengimbau agar masyarakat tetap mewaspadai potensi cuaca ekstrem.
"Biasanya kalau di musim pancaroba nanti, seperti hujan datang secara tiba-tiba disertai angin dan petir," bebernya.
Sementara di bulan Maret-April pasca puncak musim penghujan, fenomena iklim jelang musim kemarau diprediksi normal.
"Maret masih musim penghujan, namun intensitasnya berkurang dari puncak musim hujannya," tandasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi