SUARA INDONESIA BANYUWANGI

Wujudkan Zero Stunting, Unair Surabaya Gencarkan Sosialisasi Sadar Gizi di Banyuwangi

Muhammad Nurul Yaqin - 15 July 2023 | 20:07 - Dibaca 1.86k kali
Kesehatan Wujudkan Zero Stunting, Unair Surabaya Gencarkan Sosialisasi Sadar Gizi di Banyuwangi
Tim Pengabdian Masyarakat Dosen Program Studi Statistika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair Surabaya bersama puluhan ibu kader posyandu Puskesmas Tampo, Banyuwangi. (Foto: Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

BANYUWANGI, Suaraindonesia.co.id - Tim Pengabdian Masyarakat Dosen Program Studi Statistika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, kembali memperluas jangkauan sosialisasi keluarga sadar gizi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendukung tercapainya keluarga sadar gizi ini sudah tahun keempat dilakukan di kabupaten ujung timur Pulau Jawa. 

Jika sebelumnya masih di lingkup perkotaan, tahun ini sangat berbeda. Pengabdian sejumlah dosen terbaik Prodi Statistika itu dilakukan di wilayah pedesaan. Tepatnya menyasar wilayah kerja Puskesmas Tampo, Kecamatan Cluring.

Kegiatan yang berlangsung di Pendopo Desa Tampo, Sabtu (15/07/2023), menghadirkan sebanyak 62 ibu kader perwakilan dari 31 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampo. 

Tim pengabdian Unair ini memperkenalkan teknologi canggih kepada puluhan ibu-ibu kader Posyandu tentang edukasi sadar gizi. Dalam hal ini bagaimana menentukan status gizi balita berbasis android dan website cukup dipantau melalui gadget.

Ketua Tim Pengabdian Dr Nur Chamidah mengatakan, ada inovasi baru yang dikembangkan pihaknya yakni aplikasi menggunakan Open Source Software (OSS) yang dikembangkan dari sebuah framework bernama R-Shiny mobile.

"Jika sebelumnya aplikasi didapat dari playstore, untuk yang terbaru ini melalui website. Kita ada linknya, setelah itu kita masuk google chrome, kemudian kita klik dan kita download/instal," ujarnya.

Lanjut Nur Chamidah, cara kerja aplikasi ini sama dengan aplikasi KMS Balita Jatim dan kms.statistika-unair.org, yakni tinggal memasukkan tanggal lahir sehingga memudahkan para kader dan ibu yang punya balita untuk bisa mengetahui status gizi balitanya kapan saja dan dimana saja.

"Nanti juga tampil grafik, dimana grafik itu ada posisi status gizi balita. Jadi tujuan kami disini itu memudahkan ibu kader posyandu maupun ibu yang punya balita untuk mengakses status gizi balitanya," terang dia.

Nur Chamidah menyebut, para ibu kader Posyandu diberi pelatihan serta bimbingan bagaimana mengoperasikan program aplikasi yang berbasis web dan android dengan R-Shiny mobile yang bersifat user friendly.

"Jika sebelumnya para ibu kader posyandu masih melakukan pencatatan data balita secara manual, dengan program aplikasi berbasis web ini, data balita yang diinputkan akan masuk data base yang sekaligus dapat menunjukkan status gizi balitanya yang berupa tabel dalam bentuk file excel," ujarnya.

Melalui kegiatan ini para kader posyandu tidak hanya tahu berat dan tinggi balita, tetapi dapat dengan mudah dan cepat mengetahui status gizi balita di posyandu masing-masing. 

Menu yang disediakan dalam program aplikasi ini ada dua yaitu status gizi berdasarkan standar WHO yang saat ini digunakan di Indonesia dan standar lokal balita Jawa Timur dari hasil penelitian Nur Chamidah dan Tim. 

Ia menambahkan, disaat ibu kader dan ibu yang memiliki balita merasa status gizi balitanya belum memenuhi standar maka bisa sesegera mungkin konsultasi dengan bidan maupun ahli gizi di wilayahnya.

"Oleh karena itu kasus stunting bisa dicegah sedini mungkin. Salah satunya dengan sadar gizi," ucap Nur Chamidah.

Menurutnya, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini salah satunya tentang masyarakat sadar gizi memang sengaja dilakukan untuk mendukung Indonesia menjadi zero stunting.

Nur Chamidah menyebut, langkah awal yang dilakukan melalui Kabupaten Banyuwangi sebagai pilot project. Berdasarkan data statistik, angka stunting di Banyuwangi sudah dibawah rata-rata nasional.

"Saat ini pemerintah menargetkan kasus stunting dibawah 20 persen, dan Banyuwangi termasuk yang sudah memenuhi kurang dari 20 persen," terangnya.

Meski demikian, Unair Surabaya tetap memberikan dukungan agar Banyuwangi bisa menjadi zero stunting

"Kami berharap dengan kehadiran kami yaitu memberikan pelatihan, pendidikan, pengetahuan tentang keluarga sadar gizi bisa bermanfaat untuk Banyuwangi agar supaya Banyuwangi menjadi zero stunting," tegasnya. (Adv)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Satria Galih Saputra

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV