BANYUWANGI, Suaraindonesia.co.id – Tradisi jamasan atau mensucikan benda pusaka rutin dilakukan di Banyuwangi, Jawa Timur di setiap momen Satu Muharam atau Satu Suro.
Seperti yang dilakukan para kolektor keris, mereka menggelar ritual jamasan di pelataran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Rabu (19/07/2023).
Selama ritual, beragam keris kuno dipamerkan. Ritual jamasan adalah prosesi memandikan keris menggunakan bunga tujuh rupa. Usai dimandikan, keris diberikan aneka wewangian.
Selama prosesi ritual jamasan, sejumlah sesajen disiapkan. Aroma dupa semerbak mengiringi prosesi jamasan.
“Ritual jamasan ini untuk membersihkan keris setelah setahun menyerap energi negatif dari pemiliknya. Jadi, keris kita berikan energi positif,” kata kolektor keris KRT. Ilham Triadi Nagoro kepada Suaraindonesia.co.id.
Ia menerangkan, selain melestarikan budaya, ritual jamasan ini untuk memberikan edukasi tentang peninggalan leluhur Nusantara.
Para kolektor keris biasanya memanfaatkan kegiatan ini untuk membersihkan keris masing-masing.
“Jadi, kami memberikan jasa jamasan. Karena, banyak kolektor keris yang belum tahu cara perawatannya,” jelas pria yang juga pembuat (Empu) keris ini.
Selain jamasan, beragam jenis keris ikut dipamerkan. Rata-rata, berusia ratusan tahun. Salah satunya, keris Betok peninggalan Kerajaan Kediri. Keris ini dibuat sekitar tahun 800 Masehi.
Ada juga keris peninggalan era Kerajaan Singosari. Namanya, Panji Penganten. Keris ini mampu merukunkan orang dan memberikan kewibawaan.
“Ini sangat cocok untuk para pemimpin,” katanya.
Keris lainnya, peninggalan era Empu Gandring. Keris ini mirip yang digunakan Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung.
Peninggalan lainnya keris era Majapahit. Yaitu, Trisula buatan Empu Pitrang. Tak kalah memikat, keris dan senjata peninggalan era Blambangan, cikal bakal Kabupaten Banyuwangi.
Senjata itu dipakai pada perang puputan Bayu oleh pejuang Blambangan melawan VOC. Ada tombak Biring Lanang dan Padmayoni yang dipakai membunuh panglima VOC Van Schopoff.
Lalu, pedang Luwuk yang paling ditakuti VOC. Pedang ini memiliki bisa racun dari ular luwuk yang ganas.
“Senjata dan keris ini peninggalan dari Rempeg Jogopati yang memimpin perang puputan Bayu tahun 1771,” jelasnya.
Selama jamasan, sedikitnya 500 pusaka yang dipamerkan ke publik. Kegiatan ini biasanya digelar selama sepekan. Warga juga bisa membeli keris kuno ini jika tertarik, termasuk meminta edukasi tentang perawatan benda bersejarah ini.
“Keris itu sudah diakui UNESCO sebagai warisan dunia. Jadi, harus kita lestarikan,” tutup pemilik penghargaan Bintang Krida Budaya tersebut.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Lutfi Hidayat |
Komentar & Reaksi