SUARA INDONESIA, BANYUWANGI - Berbagai program dan inovasi di sektor pertanian yang digulirkan Ipuk Fiestiandani selama 3,5 tahun memimpin, telah banyak dirasakan manfaatnya oleh para petani. Karena itu para petani di Banyuwangi menginginkan program-program tersebut terus dilanjutkan.
Seperti yang diutarakan Arif Afandi, petani asal Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng, menyebut program Pupuk Organik Cair (POC) yang digeber Ipuk melalui Dinas Pertanian telah membantu petani di tengah berkurangnya kuota pupuk bersubsidi untuk petani dari pemerintah pusat. Berkurangnya pupuk subsidi tidak hanya terjadi di Banyuwangi, namun di seluruh Indonesia.
“Pupuk organik benar-benar membantu membuat tanah kami jadi lebih subur, dan panennya juga makin bagus,” kata Arif saat bertemu Ipuk di kawasan lahan pertaniannya, Kamis (31/10/2024).
Selama ini Ipuk menggelontorkan bantuan pupuk organik cair pada kelompok tani di seluruh kecamatan di Banyuwangi. Rata-rata tiap tahun dianggarkan Rp 15 miliar untuk penyaluran pupuk organik cair.
Selain itu, Ipuk selalu mendorong agar petani menggunakan sistem pertanian organik. Saat ini terdapat Rumah Layanan Pupuk Alternatif (RUPA) di tiap kecamatan untuk mendorong kelompok tani memproduksi pupuk organik sendiri.
Kini telah banyak kelompok tani yang memproduksi pupuk organik sendiri, dengan memanfaatkan limbah organik yang ada di lingkungan sekitar.
Ada yang berhasil memproduksi pupuk Nitrogen Pospor Kalium (NPeK) cair yang berasal dari limbah dapur, seperti kulit nanas, kulit kacang kedelai, dan lainnya.
Ada pula yang membuat pupuk organik memanfaatkan kotoran hewan ternak menjadi biogas dan slurry (pupuk organik cair). Dengan cara ini limbah dari peternakan menjadi nol persen.
Bahkan tidak hanya menjadi pupuk organik, biogas dimanfaatkan menjadi bahan bakar pengganti LPG untuk memasak dan kebutuhan penerangan.
Banyuwangi juga menerapkan pertanian presisi, dengan memberikan layanan uji tanah untuk pemupukan tepat dosis berbasis internet of things (IoT) yang bisa dimanfaatkan oleh petani.
Layanan uji kualitas tanah tersebut menggunakan alat uji tanah, Jinawi. Jinawi merupakan sistem pintar rekomendasi pemupukan berbasis IoT. Dengan alat ini mampu melihat kualitas unsur hara makro di dalam tanah secara cepat dan real time, seperti unsur Nitrogen (N), forfor (P), Kalium (K), serta pH tanah.
Program Ipuk di sektor pertanian yang juga sangat bermanfaat, tambah Arif, adalah pembangunan Rubuha (rumah burung hantu) di persawahan milik petani.
Rumah burung hantu ini membantu petani mengendalikan hama tikus di sawah mereka. “Ditambah adanya Rubuha ini, hasil panen kami juga makin bertambah, karena hama tikus bisa ditekan,” katanya.
Fahrurozi, petani lain menambahkan program bantuan bibit juga sudah banyak diterima petani. "Program Bu Ipuk benar-benar kami rasakan. Kami berharap semua program dapat dilanjutkan dan terus ditingkatkan," kata Fahrurozi
Sementara Ipuk mengatakan sektor pertanian menjadi salah satu program prioritasnya. Ia juga mengapresiasi para petani yang telah bekerja keras hingga Banyuwangi mampu menjadi salah satu daerah lumbung pangan nasional.
“Sektor pertanian adalah salah satu program prioritas kami. Alhamdulillah, berkat kerja keras para petani, Banyuwangi setiap tahun selalu surplus hasil pertanian,” tutur Ipuk.
Ipuk berkomitmen untuk terus mendukung program-program pro-petani agar kesejahteraan mereka semakin meningkat.
“Ke depan, program-program yang mendukung petani akan terus kami galakkan. Kami ingin para petani di Banyuwangi mendapatkan dukungan penuh agar hasil panen lebih baik dan kesejahteraan meningkat,” tegas Ipuk.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi