BANYUWANGI, Suaraindonesia.co.id - Petugas gabungan dari Resort Konservasi Wilayah (RKW) 18 bersama relawan akhirnya berhasil memadamkan kebakaran di puncak Ijen, Banyuwangi, pada Selasa, 10 Oktober 2023, sekitar pukul 19.00 WIB. Kendati demikian, petugas gabungan masih dipadamkan hingga Rabu 11 Oktober 2023 sore, karena ada sisa kebakaran yang berpotensi memicu api.
"Api berhasil di lokalisir. Sekarang tinggal proses mop up menggunakan alat penyemprot air,” kata Kepala Taman Wisata Alam (TWA) Ijen, Rabu (11/10/2023).
Ia menyebut, luas lahan cagar alam yang terbakar mencapai puluhan hektar. Kondisinya hangus menjadi abu. Meski sudah padam, petugas masih disiagakan di lokasi. Mereka melakukan mop up atau pemadaman sisa-sisa kebakaran yang dapat memicu api.
Hasil investigasi, penyebab kebakaran dipicu dari kepulan asap di wilayah Perhutani Bondowoso. Awalnya, petugas RKW melihat kepulan asap dari atas puncak Ijen, tepatnya di dekat aliran Banyualit.
Petugas kemudian mendekati lokasi. Ternyata, lahan yang terbakar yang digarap oleh warga. Api kemudian merembet hingga ke Gunung Papak, mendekati Kawah Ijen.
"Kalau posisi pastinya kebakaran awal yang tahu Perhutani. Kami, kemudian melakukan lokalisir agar api tak mendekati Kawah Ijen,” jelasnya.
Meski sempat dilanda kebakaran, aktivitas pendakian ke Ijen dipastikan tetap normal. Apalagi, lokasi titik api lumayan jauh dari lokasi pendakian. Sekitar 2-3 kilometer.
"Kami masih terus siaga di lokasi. Memang selama kemarau, kami tingkatkan patroli bersama Masyarakat Peduli Api Ijen,” jelasnya lagi.
Masyarakat Peduli Api ini terdiri dari warga, pelaku wisata Ijen dan tim RKW 18. Patroli dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran.
"Kami sebenarnya sangat terbantu dengan aksi warga ini. Sehingga, kemungkinan kebakaran bisa diantisipasi sejak dini,” tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, kebakaran melanda kawasan Pegunungan Ijen. Api diketahui berkobar sejak, Senin, 09 Oktober 2023, malam. Kawasan yang terbakar ini terdiri dari tanaman alang-alang dan pakis yang mongering. Sehingga, dengan mudah tersulut api.
Kebakaran di kawasan pegunungan Ijen ini menjadi fenomena rutin di musim kemarau. Sebelumnya, kebakaran melanda kawasan Merapi Ungup-ungup yang berdekatan dengan puncak Ijen.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi mengingatkan bahaya kebakaran akibat naiknya suhu udara. Cuaca ekstrem ini dipicu posisi semu matahari ke arah selatan ekuator.
Imbasnya, penyinaran matahari relatif lebih intens. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya tingkat kelembaban udara. Lalu, minimnya tingkat pertumbuhan awan di siang hari. Sehingga, berpotensi memicu naiknya suhu panas. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Danu Sukendro |
Komentar & Reaksi