SUARA INDONESIA BANYUWANGI

Kontroversi dan Pandangan Ulama tentang Perayaan Maulid Nabi

Tamara Festiyanti - 19 September 2024 | 06:09 - Dibaca 2.18k kali
Pendidikan Kontroversi dan Pandangan Ulama tentang Perayaan Maulid Nabi
Foto: Maulid Nabi Muhammad Saw/(Pixabay)

SUARA INDONESIA - Meskipun perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW telah menjadi tradisi yang meluas di kalangan umat Islam di berbagai negara, perayaan ini tidak lepas dari kontroversi di kalangan ulama.

 Beberapa ulama mendukung perayaan Maulid sebagai cara untuk mempererat kecintaan kepada Rasulullah, sementara yang lain memandangnya sebagai hal yang tidak dianjurkan karena tidak dilakukan oleh generasi awal Islam.

Pandangan Ulama yang Mendukung Maulid

Sebagian besar ulama dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah memandang perayaan Maulid Nabi sebagai sesuatu yang baik dan memiliki nilai ibadah. Mereka berpendapat bahwa selama perayaan tersebut diisi dengan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan kebaikan seperti pembacaan shalawat, tahlil, dan pengajian, maka hal tersebut merupakan bentuk kecintaan kepada Nabi.

Imam As-Suyuti, salah satu ulama besar dalam sejarah Islam, berpendapat bahwa Maulid Nabi adalah ibadah yang mendatangkan pahala jika diisi dengan kegiatan baik seperti menyantuni fakir miskin dan mengingatkan umat tentang kehidupan Rasulullah. Ulama lain, seperti Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, juga menyetujui perayaan Maulid selama tidak melanggar ajaran Islam.

Pandangan Ulama yang Menolak Maulid

Namun, ada juga ulama yang menolak perayaan Maulid. Mereka berpendapat bahwa perayaan ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, sahabat, atau generasi awal Islam (Salaf). Bagi ulama ini, segala bentuk ibadah harus memiliki dasar yang kuat dari Al-Qur'an dan Sunnah, dan karena Maulid tidak disebutkan secara eksplisit dalam sumber-sumber tersebut, maka mereka menganggapnya sebagai bid'ah (hal baru dalam agama).

Ulama seperti Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa merayakan Maulid adalah tindakan yang tidak dianjurkan karena termasuk dalam amalan-amalan baru yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah atau para sahabat.

Kesimpulan

Perbedaan pandangan mengenai perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW seharusnya tidak memecah belah umat Islam. Bagi mereka yang merayakannya, penting untuk menjaga niat yang ikhlas dan mengisi kegiatan Maulid dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan ajaran Islam. Bagi yang tidak merayakannya, sebaiknya tetap menghormati perbedaan pendapat ini dan tidak menghakimi sesama umat Islam yang berbeda pandangan.

Perayaan Maulid seharusnya menjadi momen yang memperkuat cinta dan teladan terhadap Nabi Muhammad, serta mempererat persaudaraan antar umat Islam.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Tamara Festiyanti
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV