SUARA INDONESIA BANYUWANGI

Literasi Gizi YAICI-PP Muslimat NU, Edukasi Masyarakat Banyuwangi Bahaya Pemberian Susu Kental Manis pada Balita

Muhammad Nurul Yaqin - 05 March 2022 | 16:03 - Dibaca 1.94k kali
Pendidikan Literasi Gizi YAICI-PP Muslimat NU, Edukasi Masyarakat Banyuwangi Bahaya Pemberian Susu Kental Manis pada Balita
Edukasi gizi yang dilakukan YAICI bersama PP Muslimat NU di kantor PCNU Banyuwangi, Sabtu (5/3/2022). (Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

BANYUWANGI- Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Muslimat NU melanjutkan edukasi gizi pada masyarakat di Banyuwangi, Jawa Timur.

Kegiatan yang dilakukan di Kantor PCNU Banyuwangi, Sabtu (5/3/2022), dihadiri oleh Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Sofihara, Ketua Harian YAICI Arif Hidayat dan Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani.

Mereka mengedukasi puluhan ibu-ibu muslimat NU di Banyuwangi akan bahaya pemberian susu kental manis (SKM) pada balita.

Ketua YAICI Arif Hidayat menjelaskan, susu kental manis bukanlah produk turunan dari susu. Tanpa kandungan serat, susu kental manis tidak bisa dijadikan sebuah minuman atau makanan, tidak dianjurkan diberikan pada balita.

"Kita tekankan agar ibu-ibu yang selama ini persepsinya SKM adalah susu, itu bukan, tapi itu adalah gula, sehingga agar tidak salah memberikan kepada balita ataupun anak," pintanya.

Selain itu, susu kental manis dapat menyebabkan anak mengalami kenaikan berat badan (obesitas). Bahkan parahnya, susu kental manis juga dapat menjadi penyebab stunting.

Diketahui obesitas adalah masalah gizi yang bisa mengantarkan seseorang menderita banyak penyakit kronis, semisal diabetes.

"Penelitian pertama kami di Kendari, pada tahun 2018 awal, ada balita umur 8-9 bulan meninggal dunia, karena kelebihan konsumsi SKM. Beberapa fakta di lapangan ada yang meninggal juga karena gula tinggi, setelah ditelusuri dengan kasus yang sama," beber Arif.

Dalam kesempatan tersebut, Arif juga menjelaskan edukasi yang telah dilakukan YAICI bersama PP Muslimat NU. Diantara adalah edukasi dan sosialisasi melalui kader, edukasi langsung ke masyarakat, penelitian hingga penggalian data langsung ke masyarakat yang mengkonsumsi susu kental manis. 

“Persoalan-persoalan yang kami temukan di lapangan itu beragam. Ada yang orang tua memang tidak tahu mengenai kandungan susu kental manis, atau bahkan ada yang sudah tahu tapi masih memberikan susu kental manis untuk anaknya. Alasannya juga macam-macam, ada yang karena lebih murah atau anaknya lebih suka,” jelas Arif. 

Arif menambahkan, dalam kunjungan YAICI ke desa adat Kemiren di Banyuwangi, YAICI melakukan penggalian kebiasaan konsumsi susu kental manis oleh masyarakat. Setelah berbincang dengan masyarakat sekitar, warga setempat sudah mengetahui bahwa susu kental manis ini tidak boleh diberikan kepada anak, dan tidak ada juga yang mengkonsumsi.

“Tapi, pada saat kami bertemu anak-anak yang sedang bermain, semua anak-anak mengetahui produk susu kental manis dan mereka mengaku suka mengkonsumsi sebagai minuman, jadi orang tuanya bilang nggak mengkonsumsi, tapi anak-anak mengaku minum” beber Arif. 

Lebih lanjut, PP Muslimat NU dan YAICI berkomitmen akan terus melaksanakan edukasi tentang gizi dan cara yang tepat mengkonsumsi kental manis. 

“Kita tidak bisa hanya menunggu pemerintah dan produsen yang melakukan sosialisasi. Saat ini kami didukung oleh mitra seperti PP Muslimat NU, maka kita akan lanjutkan edukasi kepada masyarakat,” pungkas Arif.

Sementara Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Yulia Sofihara mengatakan, pihaknya akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU. Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan Kesehatan anak dalam keluarga. 

“Mengenai stunting, yang pertama kali terganggu itu adalah otak anak. Begitu anak lahir, otak anak tidak berkembang sebagaimana mestinya, ini adalah akibat ketidaktahuan ibu,” jelas Erna.

Apalagi, kata dia, angka stunting di Banyuwangi tergolong tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Banyuwangi, prevalensi stunting dalam 2 tahun terakhir mengalami peningkatan. 

Jika pada 2019 kasus stunting sekitar 8,1 persen atau sebanyak 7.527 anak, maka di tahun 2020 naik 0,1 persen menjadi 8,2 persen atau 7.909 anak yang berusia kurang dari lima tahun. Kasus-kasus stunting dan gizi buruk tersebut tersebar di 25 kecamatan se Banyuwangi. 

Erna juga menegaskan untuk membatasi konsumsi gula harian. Karena gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker. 

"Jadi sebaiknya konsumsi makanan minuman tinggi gula ini sebaiknya dihindari. Makanya penderita kanker sebaiknya membatasi konsumsi gula, apalagi susu kental manis, ini sangat disukai oleh sel-sel kanker untuk tumbuh,” pungkas Erna. 

Sedangkan Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani, meminta masyarakat untuk mengatur pola makan keluarga dengan memperhatikan konsep isi piringku. Dia menjelaskan bahwa kebutuhan asupan makanan antara anak-anak dan orang dewasa berbeda. 

“Untuk anak-anak, terutama bayi yang harus diperhatikan adalah kebutuhan proteinnya. Protein penting untuk perkembangan otak, oleh karena itu pemilihan susu yang dikonsumsi anak ini penting, anak harus mengkonsumsi susu untuk anak,” tutup Anik. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV