SUARA INDONESIA, BANYUWANGI - Destinasi wisata Grand Watu Dodol (GWD) Banyuwangi, bukan hanya dikenal karena pesona alamnya yang memukau, tetapi juga sebagai zona konservasi terumbu karang.
Upaya pelestarian yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari komunitas, akademisi, hingga perusahaan, telah membawa perubahan signifikan bagi ekosistem laut di kawasan tersebut.
Sejak kawasan ini ditetapkan sebagai zona konservasi, kondisi terumbu karang yang sebelumnya rusak mulai menunjukkan pemulihan.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Grand Watu Dodol, Abdul Aziz, mengatakan, konservasi terumbu karang ini menjadi titik balik bagi kehidupan bawah laut di kawasan wisata tersebut.
Menurut Aziz, aktivitas illegal fishing yang dulu marak, kini hampir tidak ada. Para nelayan yang dulunya bergantung pada penangkapan ikan hias kini telah beralih menjadi pelaku wisata, memberikan peluang ekonomi baru bagi mereka.
"Sekarang, ekosistem laut di sini lebih sehat. Dulu banyak yang melakukan aktivitas ilegal, tetapi sekarang kawasan ini telah berubah menjadi tempat wisata konservasi yang dikelola dengan baik," ujar Aziz, Jumat (23/8/2024).
Kawasan GWD kini dipenuhi oleh terumbu karang yang terus tumbuh dan berkembang berkat penanaman secara rutin. Setiap minggunya, komunitas, perusahaan, dan akademisi bergotong-royong menanam terumbu karang baru, menambah kekayaan ekosistem bawah laut di perairan Banyuwangi.
“Penanaman terumbu karang ini juga menjadi bagian dari edukasi dan atraksi wisata di GWD,” kata Aziz.
Direktur PT Sinergy Biru Nusantara, Aditya Saputra, yang perusahaannya turut serta dalam konservasi ini, menegaskan pentingnya menjaga keberlanjutan alam di sekitar destinasi wisata.
"Kawasan Grand Watu Dodol telah menjadi contoh bagaimana pariwisata dan pelestarian alam bisa berjalan beriringan. Dengan upaya konservasi ini, kami berharap generasi mendatang masih bisa menikmati keindahan terumbu karang yang ada di sini," jelas Aditya.
Selain terumbu karang, program konservasi di GWD juga meliputi pelestarian tukik hingga pelestarian ekosistem darat dengan penanaman pohon cemara. Upaya ini diambil untuk memastikan keseimbangan antara laut dan darat tetap terjaga, menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata yang lebih ramah lingkungan.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi