BANYUWANGI - Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) kini hadir membantu peternak burung puyuh di Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar. Total ada 19 peserta terdiri dari peternak serta karyawan peternakan burung puyuh milik Ari, warga setempat, dibekali teknologi maggokit berbasis internet of things.
Peternakan burung puyuh di sana telah memanfaatkan limbah kotoran ternak yang dihasilkan, sudah sangat tepat. Namun masih diperlukan pendampingan ipteks dan manajemen yang lebih modern, agar pemanfaatan sumber daya yang dihasilkan lebih maksimal.
Selain itu, para peternak puyuh juga dilanda kesulitan. Sebab, tingginya harga pakan ternak membuat pemilik peternakan mencari alternatif untuk mengurangi biaya pembelian pakan dengan tetap memperhatikan kualitas serta kandungan yang dibutuhkan ternak.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tim pengabdian dosen Poliwangi, terdiri dari Alfin Hidayat, S.T., M.T, Subono, S.T., M.T, Vivien Arief Wardhany, S.T., M.T, serta Dewiarum Sari, S.Pt., M.Pt, mencoba memberikan solusi kepada peternak burung puyuh.
"Solusi yang kita berikan dengan kegiatan sosialisasi, implementasi teknologi, penyuluhan dan monitoring. Hasil kegiatan penyuluhan berupa pengembangan wawasan peternak tentang manfaat maggot sebagai alternatif pakan ternak, serta pembudidayaan maggot dengan teknologi Maggokit," cetus ketua pengabdian, Alfin Hidayat, Sabtu (8/10/2022).
Menurutnya, pembudidayaan maggot dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi sebuah solusi atas permasalahan terkait peningkatan harga pakan ternak.
"Maggot atau larva dari lalat hitam merupakan organisme pengurai limbah yang sangat potensial. Protein yang terkandung dalam maggot tinggi yaitu 61,42% sehingga maggot banyak dijadikan sebagai alternatif pakan ternak," beber Alfin.
Dia menjelaskan, sistem pada teknologi maggokit dapat mempermudah peternak dalam proses perawatan hingga panen maggot. Karena dilengkapi dengan monitoring dan kontrol kondisi lingkungan pembesaran maggot secara jarak jauh dan pengayak otomatis.
Saat penyuluhan pihaknya memperkenalkan alat yang diterapkan, mulai dari penggunaan, fungsi, serta komponen penyusunnya. Peternak burung puyuh juga diberi materi terkait maggot dan manfaat maggot sebagai alternatif pakan ternak.
"Selain itu, kami juga memberikan cara bagaimana kondisi optimal pembesaran maggot, sehingga maggot dapat berkembang dengan lebih optimal," ungkapnya.
Tak cukup sampai disitu, para dosen juga melakukan demonstrasi penggunaan alat secara langsung. Sehingga peserta dapat lebih memahami bagaimana penggunaan alat dengan baik.
Para peserta diberikan buku pedoman penggunaan alat untuk mendukung pemahaman peserta penyuluhan terhadap penyampaian materi. Tim pengabdian Poliwangi juga menghibahkan alat maggokit berupa alat sortir, penimbang, box beserta komponen, guna mendukung pelaksanaan budidaya maggot itu.
"Dengan diterapkannya teknologi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mitra pengabdian kepada masyarakat. Tentunya dalam mengoptimalkan produktivitas di peternakan dan pengelolaan limbah kotoran ternak yang dihasilkan," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : M Ainul Yaqin |
Komentar & Reaksi