BANYUWANGI - Pencemaran laut di perairan Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, kian parah.
Air laut yang semula biru, berubah warna menjadi kecoklatan. Ditambah keberadaan sampah yang ikut terbawa arus sungai dan berakhir di laut.
Pencemaran ini berdampak buruk terhadap keberlangsungan pembudidaya lobster di Kampung Lobster Dive Club, Desa Bangsring.
Akibatnya, menyebabkan banyak kematian pada lobster pembudidaya di dalam keramba yang ada di dasar laut.
Lobster-lobster kualitas ekspor mereka terserang bakteri jahat hingga mati, karena perubahan warna air laut serta sampah yang mencemari pantai.
Imbasnya, pembudidaya lobster ini harus mengalami kerugian ditaksir mencapai ratusan juta.
"Laut berubah warna coklat ini sudah beberapa kali terjadi. Namun kali ini yang paling parah," kata Pengurus Kampung Lobster Banyuwangi, Hadiyanto, Sabtu (15/4/2023).
Ia menjelaskan, saat hujan deras air sungai dari hulu membawa lumpur dan sampah. Lumpur-lumpur itu kemudian mengendap sehingga menjadi racun.
"Sehingga membuat lobster terkena bakteri parasit yang merugikan terhadap keberlangsungan budidaya kita," ungkapnya.
Efeknya, pembudidaya tidak bisa membesarkan lobster yang dibudidayakan secara masif karena banyak kematian.
"Total tingkat kematian lobster kami bisa mencapai 60-70 persen akibat pencemaran laut yang tidak terkendali ini," ujarnya.
Angka kematian lobster yang cenderung tinggi membuat pembudidaya di Kampung Lobster merugi. Kerugian ditaksir mencapai Rp 500 juta.
"Itu belum dihitung biaya operasional. Kalau ditotal bisa mencapai Rp 1 miliar," keluhnya.
Hadi mengatakan, angka kematian yang tinggi juga berdampak pada ekspor lobster ke depan. Terutama saat permintaan tinggi memasuki bulan Agustus, September, Desember dan Januari.
Sekali pengiriman ke luar negeri seperti ke negara China, Hong Kong, hingga Taiwan, Kampung Lobster bisa menembus setengah sampai 1 ton lobster hidup dan segar.
"Melihat situasi sekarang, panen lobster cuman tinggal 100-200 kilogram," tuturnya.
Jika pencemaran laut di perairan Bangsring berlangsung secara terus menerus, dapat dipastikan pembudidaya akan gulung tikar.
"Bahkan bisa tutup kalau tidak diantisipasi," ungkapnya.
Oleh karenanya, pihaknya berharap ada kesadaran seluruh elemen masyarakat dalam menjaga lingkungan sungai dan lautan.
"Jangan lagi membuang sampah ke sungai dan laut. Sehingga ekosistem di dalamnya tetap terjaga," tegas Hadi.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi