BANYUWANGI - Pembudidaya lobster di Banyuwangi, Jawa Timur, mengaku mengalami kesulitan mendapatkan benih lobster.
Hal itu lantaran mereka harus bersaing dengan eksportir gelap yang mendominasi, dikarenakan bisa memberikan harga lebih tinggi pada nelayan penangkap benih lobster.
Minimnya ketersediaan benih lobster ini salah satunya dirasakan PT Teras Samudra Sejahtera, perusahaan pembudidaya lobster di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, atau dikenal dengan Kampung Lobster.
Komisaris Kampung Lobster Chandra Astan mengatakan, pihaknya biasanya menerima bibit lobster berupa benih bening lobster (BBL) atau benur dan benih lobster muda. Namun, akunya, harga benih lobster yang dibeli cenderung tidak masuk akal.
"Harga benih ang tidak masuk akal ini, ya mohon maaf dikarenakan banyak pengiriman benih lobster yang ilegal. Terus bagaimana kita mau bersaing dengan Vietnam, salah satu negara penghasil lobster terbesar di Asia yang justru benihnya dari Indonesia," ucapnya.
Ia menambahkan, terlebih saat ini negara Australia - University of Tasmania, Prof Greg Smith, sudah melakukan pembenihan (hatchery) lobster jenis mutiara. Hal ini diklaim bisa mempengaruhi persaingan pasar nantinya.
"Kalau mereka berhasil memproduksi secara massal maka selesai kita sudah. Benih lobster apa yang mau dijual ke Vietnam. Kualitas benih lobster mereka lebih terjamin, lebih tahan terhadap penyakit, lebih cepat besar karena hasil dari pembenihan dari Indukan yang unggul. Sementara kita, menggunakan benih alam yang rentan terhadap penyakit dan pertumbuhan tidak merata," ungkapnya.
Persoalan yang dialami pelaku budidaya lobster itu pun mendapat respon dari Pemerhati Industri Perikanan, Erzaldi Rosman Djohan. Ia mengaku prihatin dengan kondisi para pembudidaya lobster.
Menurutnya, pemerintah harus segera turun tangan, hadir di tengah-tengah mereka. Apalagi, pembudidaya lobster lokal sudah ketiban persaingan pasar dengan Vietnam.
"Secara langsung kita sudah kalah 5-0 dengan Vietnam yang letak geografis berdekatan dengan China (tujuan ekspor terbesar) yaitu menggunakan jalur darat. Sementara kita masih pakai pesawat. Kita sudah kalah dari biaya pengiriman," ujarnya saat berkunjung ke Kampung Lobster, Banyuwangi.
Eks Gubernur Kepulauan Bangka Belitung periode 2017-2022 ini pun memberi masukan kepada pemerintah, sebaiknya memperbolehkan kembali penangkapan benih lobster dan mengekspornya namun diberikan persyaratan yang sangat ketat dan diawasi oleh instansi terkait.
Daripada, kata Erzaldi, aturan ekspor benih lobster tidak diperbolehkan tetapi pengiriman secara ilegal justru merajalela dan diduga melibatkan oknum-oknum di instansi tertentu.
Sehingga ia sepakat dengan harapan pembudidaya lobster, sama-sama mendorong pemerintah agar pintu ekspor dibuka. Pada saat bersamaan pembudidaya juga di support, ditambah adanya riset dari perguruan tinggi yang fokus pada budidaya lobster.
"Nantinya kalau memang bisa dibuka, dalam aturan bisa diatur untuk ketentuannya. Pengusaha maupun masyarakat bisa melakukan ekspor baik benur dan lobsternya dengan syarat budidaya dulu," ucapnya.
"Jangan sampai nanti, benih lobster alam yang ada di Indonesia sudah tidak lagi bernilai karena negara Australia sudah mampu mencapai nilai ekonomis untuk menjual benih lobster yang mereka produksi," tegas Erzaldi.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi