BANYUWANGI- Ada banyak potensi tersedia di Banyuwangi yang bisa dinikmati. Selain memiliki destinasi wisata yang menawan, kabupaten yang berada di ujung Pulau Jawa ini juga dikenal sebagai daerah penghasil kopi berkualitas tinggi.
Kopi Banyuwangi memiliki cita rasa yang khas dan unik, terutama kopi yang dihasilkan dari perkebunan yang berada di sisi timur dan sisi barat Gunung Ijen.
Salah satunya berada di Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Para pelaku UMKM di sana sudah memanfaatkan potensi wilayah yang ada dengan menghasilkan produk kopi unggulan.
Pelaku UMKM Kopi Songgon, Ribut Suryanto menyebut setidaknya ada tiga jenis produk kopi yang dihasilkan dari wilayah yang berada di lereng Gunung Raung. Mulai dari robusta, liberika, dan kopi lanang deles. Masing-masing produk memiliki cita rasa tersendiri.
"Kalau robusta di wilayah Kecamatan Songgon, hampir mirip seperti robusta java preanger, ketika ditambahkan gula cenderung munculnya (terasa) brown sugar yang dominan," kata Ribut pemilik produk Sedayu Kopi Songgon.
Sementara, lanjut nya, apabila tidak meggunakan gula, lebih dominan menghasilkan karakter rasa coklat yang tebal ketimbang kopi robusta lokal Banyuwangi lainnya.
"Sedangkan produk liberika cenderung hampir mirip seperti kopi ekselsa, cuma secara fisiknya sudah berbeda," sambung Ribut.
Tak kalah uniknya yakni kopi lanang deles. Kopi ini diyakini sebagian orang untuk vitalitas atau kejantanan.
"Tetapi tidak menutup kemungkinan mitos yang diangkat oleh orang yang mempercayainya itu bisa terbukti," katanya.
Ribut menerangkan, antara jenis robusta dan lanang deles sebenarnya dari satu pohon yang sama. Namun dilakukan sortir karena memiliki fisik yang berbeda.
"Kalau robusta banyak yang pipih, kalau lanang cenderung seperti kedelai bulat-bulat. Ketiga jenis kopi ini tersedia di Songgon," ucapnya.
Kini produk unggulan yang dihasilkan dari kopi Songgon sudah cukup terkenal. Produk tersebut juga sudah tembus pasar hingga luar Banyuwangi.
"Di luar Banyuwangi itu kita pasok ke Bali, Jember, Bondowoso, Semarang hingga Surabaya. Kita juga sudah punya izin PIRT, soal kualitas dipastikan aman," ungkapnya.
Namun dalam kondisi pandemi saat ini, pihaknya mengakui jika sektor UMKM kopi sangat terpukul. Karena pusat oleh-oleh yang ada di Banyuwangi dan di luar daerah tidak melakukan pemesanan.
Akibatnya, omzet yang didapat juga menurun yang awalnya sampai Rp 8 juta perbulan. Saat ini hanya sampai di Rp 3-4 juta rupiah. Pihaknya terpaksa mengurangi stok produksi dan memutar otak agar produk-produk nya tetap bisa terjual.
"Selama pandemi ini kami melakukan semacam promo yang mungkin dengan kisaran harga lebih murah," ucapnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : |
Komentar & Reaksi