SUARA INDONESIA BANYUWANGI

Masalah Pupuk Belum Tuntas, Petani Dihantam Kenaikan Harga BBM

Wildan Mukhlishah Sy - 22 September 2022 | 17:09 - Dibaca 2.00k kali
Peristiwa Daerah Masalah Pupuk Belum Tuntas, Petani Dihantam Kenaikan Harga BBM
Salah seorang petani di Kecamatan Arjasa, saat diwawancarai oleh media. Foto: suaraindonesia.co.id

JEMBER- Masih belum tuntas dari permasalahan pembatasan pupuk bersubsidi dan tingginya harga pupuk non-subsidi, petani kembali dihantam dengan adanya kenaikan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM), yang telah disahkan oleh Presiden Jokowi, Sabtu (3/9/2022) lalu.

Sejumlah petani di Kabupaten Jember mengaku sangat terpuruk dengan adanya kenaikan tarif BBM. Mereka bahkan menyebut bahwa pemerintah, seolah tidak peduli akan jeritan dan beban yang dipikul oleh para petani.

Pasalnya lonjakan biaya tersebut, juga berpengaruh pada naiknya biaya operasional yang dirasa tidak seimbang dengan minimnya keuntungan yang didapatkan dari penjualan hasil panen. 

Salah seorang petani di Kecamatan Arjasa Sugiyono menyebut, biaya solar traktor yang digunakan untuk membajak sawah semakin membengkak. Namun, atas kenyataan tersebut dirinya tidak bisa melakukan hal apapun.

“Bingung saya sudah, tapi kan tidak bisa berbuat apa-apa. BBM sekarag harganya naik, tapi kok hasil panen kita harganya tetap saja,” ungkapnya saat diwawancarai oleh suaraindonesia.co.id, Kamis (22/9/2022). 

Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro, yang mengungkapkan bahwa saat ini harga tomat dari petani di Kabupaten Jember merosot hingga di angka Rp 500 per kilogram.

“Harga tomat dari petani segitu, BBM naik dan pupuk masih mahal. Ini sangat miris sekali bagi petani,” ucapnya.

Menurutnya, kondisi tersebut dapat membawa dampak pada keberlangsungan dan regenerasi para petani. Dirinya kemudian merasa tidak heran, jika para remaja saat ini enggan untuk bekerja sebagai petani.

Untuk itu, dirinya berharap pemerintah dapat juga memperhatikan kesejahteraan petani saat mengambil keputusan, yang akan membawa dampak besar pada sektor pertanian.

Sehingga petani tidak hanya dituntut untuk menghasilkan pangan dengan jumlah yang besar, namun juga harga jual panen yang sesuai.

“Pemerintah ini mintanya kita harus produksi pangan yang banyak, tapi lupa memikirkan kesejahteraan. Ini jadi catatan penting,” tandasnya.


» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Wildan Mukhlishah Sy
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya